Aku menikah bukan untuk kecewa,
Aku menikah bukan untuk marah-marah.
Aku menikah bukan untuk berprasangka buruk,
Aku menikah bukan untuk bersedih hati,
Tapi aku menikah untuk…
“dunia bahagia akhirat syurga”
Apapun yang terjadi,
Jangan biarkan tujuan hidupmu terampas oleh dunia!
Karena cinta tak harus
selalu berbentuk bunga
Aku
mencintai suamiku karena sifatnya yang apa adanya dan aku begitu menyukai
perasaan aman dan tentram yang muncul dihati saat bersanding dengannya. Tiga
tahun dalam masa perkenalan dan dua tahun dalam masa pernikahan, harus ku akui
bahwa mulai timbul rasa bosan dan lelah dalam kehidupan rumah tangga dan alasan
mencintainya dulu kini menjadi sesuatu yang menjemukan. Aku seorang wanita yang
berjiwa sentimental dan benar-benar sensitive serta berperasaan halus. Aku
merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang merindukan belaian.
Tetapi
semua itu tidak lagi ku peroleh. Suamiku kini jauh berbeda dari yang ku
harapkan dulu. Rasa sensitivenya kurang, dan ketidakmampuannya menciptakan
suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah memusnahkan semua harapan
tentang kehidupan cinta yang ideal.
Suatu
hari, aku beranikan diri untuk menyatakan keputusan untuk bercerai!!”.
Mengapa??”, dia bertanya dengan terkejut. “Aku lelah, kamu tidak memberikan
cinta yang aku inginkan”. Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan
komputernya, nampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu padahal tidak.
Kekecewaan
aku semakin bertambah, seorang laki-laki yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya,
apalagi yang aku harapkan darinya??
Dan
akhirnya dia bertanya, “apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?”
Aku
menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan perlahan.
“Aku
punya satu pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya, aku akan mengubah
pikiranku,” Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada ditepi
gunung dan kita berdua tahu, jika kau memanjat gunung itu maka kau akan mati.
Apakah kau akan melakukannya untukku??. “Diapun termenung dan berkata:
“Aku
akan memberikan jawabannya besok pagi”. Hatiku langsung gundah mendengar
reaksinya.
Keesokan
paginya, suamiku tidak berada di rumah, dan aku menemukan selembar kertas
dengan coretan tangannya di bawah sebuah gelas berisikan susu hangat, yang
bertuliskan…..
“Sayang,
aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu tapi ijinkan aku untuk menjelaskan
alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan hatiku, aku lantas terus
membacanya.
“Sayang,
kau biasa menggunakan computer dan selalu menghadapi masalah kerusakan program
didalamnya dan akhirnya menangis didepan monitor, aku harus memberikan
jari-jariku untuk dapat membantumu dan memperbaiki programnya.”
“Kau
selalu lupa membawa kunci rumah ketika keluar rumah, dan aku harus memberikan
kakiku supaya dapat menendang pintu, dan membukakan untukmu ketika pulang.”
“Kamu
senang jalan-jalan keluar kota tetapi sering tersesat di tempat-tempat yang
baru kamu kunjungi, aku harus menunggu dirumah dan membantumu agar dapat
memberikan mataku untuk menjelaskan jalan melalui peta untukmu.”
“Kamu
selalu kelelahan waktu pergi dengan teman baikmu setiap bulan, dan aku harus
memberikan tanganku untuk memijit kakimu yang terkilir.”
“Kamu
orang yang suka diam di dalam rumah, dan aku selalu khawatir kamu akan menjadi
“aneh” dan aku harus membelikan sesuatu
yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan
hal-hal lucu yang pernah aku alami.”
“Kamu
selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan
matamu, dan aku harus menjaga mataku agar ketika tua nanti, aku masih dapat
membantu memotong kukumu dan mencabut ubanmu.”
“Tanganku
akan memegang tanganmu, membimbingmu menyusuri pantai, menikmati matahari pagi
dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah
seperti cantiknya wajahmu.”
“Tetapi
sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena aku tidak
sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku……”
“Sayangku,
aku tahu, di luar sana masih ada banyak orang yang mampu mencintaimu lebih dari
aku mencintaimu…..”
“Untuk
itu sayangku, jika semua yang aku berikan dengan tanganku, kakiku, mataku,
tidak cukup bagimu. Aku tidak akan menahan dirimu untuk mencari tangan, kaki
dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.”
……..Air
mataku jatuh di atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi aku
tetap berusaha membaca selanjutnya….
“Dan
sekarang, sayangku…..kamu telah membaca jawabanku. Jika kau berpuas hati dengan
jawaban ini dan tetap menginginkanku tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu
rumah kita, aku sekarang sedang berdiri diluar pintu menunggu jawabanmu.”
“Jika
kau tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk mengambil barang-barangku dan
aku tidak akan menyusahkan hidupmu lagi. Percayalah kebahagianku adalah apabila
kau bahagia.”
Aku
segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah
sendu sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.
Oh
Tuhan……
Kini
aku tahu, tidak ada orang lain yang pernah mencintaiku lebih dari dia
mencintaiku….
#
Abu Fakhri NR. (MERAIH DUNIA BAHAGIA AKHIRAT SYURGA)
0 komentar:
Posting Komentar